Jangan lupa membaca artikel tentang bisnis di > Informasi bisnis terbaik 2020.
Ibnu Thufail (Abubacer)
Ibnu Thufail (sekitar 1105–1185) nama lengkap; Abu Bakar Muhammad bin Abdul Malik bin Muhammad bin Tufail al-Qaisi al-Andalusi أبو بكر محمد بن عبد الملك بن محمد بن طفيل القيسي الأندلسي (nama Latin Abubacer) ialah filsuf, dokter, dan pejabat pengadilan Arab Muslim dari Al-Andalus.
Lahir di Guadix dekat Granada, ia dididik oleh Ibnu Bajjah (Avempace). Ia menjabat sekretaris untuk penguasa Granada, dan kemudian sebagai vizier dan dokter untuk Abu Yaqub Yusuf, penguasa Spanyol Islam (Al-Andalus) di bawah pemerintahan Almohad, pada yang mana ia menganjurkan Ibnu Rushd sebagai penggantinya sendiri saat ia beristirahat pada 1182. Ia meninggal di Maroko.
Di zamannya nama baiknya sebagai pemikir & pelajar telah membuatnya dipuji sebagai Maecenas. Ibnu Tufail juga merupakan pengarang Hayy ibn Yaqthan حي بن يقظان (Hidup, Putra Kesadaran) roman filsafat, dan kisah alegori lelaki yang hidup sendiri di sebuah pulau dan dan yang tanpa hubungan dengan manusia lainnya menemukan kebenaran dengan pemikiran yang masuk akal, dan kemudian keterkejutannya pada kontak dengan masyarakat manusia untuk dogmatisme, dan penyakit lainnya.
Karier Ibnu Thufail
Karier Ibnu Thufail bermula sebagai dokter praktik di Granada. Lewat ketenarannya sebagai dokter, ia diangkat menjadi sekretaris Gubernur di provinsi tersebut. Pada tahun 1154 M (549 H) Ibnu Thufail menjadi sekretaris pribadi Gubernur Cueta (Arab: Sabtah) dan Tangier (Arab : Thanjah / Latin : Tanger) Abu Yaqub Yusuf al-Mansur, Khalifah kedua dari Dinasti Muwahhidun (558 H / 1163 M – 580 H / 1184 M) selanjutnya menjadi dokter pemerintah dan sekaligus menjadi qadhi.
Pada masa khalifah Abu Yaquf Yusuf, Ibnu Thufail mempunyai pengaruh yang besar dalam pemerintahan. Pada pihak lain, khalifah sendiri mencintai ilmu pengetahuan dan secara khusus adalah peminat filsafat serta memberi kebebasan berfilsafat. Sikapnya itu menjadikan pemerintahannya sebagai pemuka pemikiran filosofis dan membuat Spanyol, seperti dikatakan R. Briffault sebagai “tempat kelahiran kembali negeri Eropa”.
Kemudian ia mengundurkan diri dari jabatannya sebagai dokter pemerintah pada tahun 578 H / 1182 M, dikarenakan usianya yang sudah uzur. Kedudukannya itu digantikan oleh Ibnu Rusd atas permintaan dari Ibnu Thufail. Tapi dia tetap mendapatkan penghargaan dari Abu Yaqub dan setelah dia meninggal pada tahun 581 H / 1185 M) di Marakesh (Maroko) dan dimakamkan disana, Al-Mansur sendiri hadir dalam upacara pemakamannya
Karya-karya Ibnu Thufai
Ibnu Thufail adalah seorang dokter, filsuf, ahli matematika dan penyair yang sangat terkenal dari Muwaddin Spanyol, tapi sayangnya hanya sedikit sekali karya-karyanya yag dikenal orang.
Miguel Casiri (1122 H/1710 M-1205 H/1790 M) menyebutkan dua karya yang masih ada, yaitu: Risalah hay Ibn Yaqzhan dan Asrar al-Hikmah al- Mashriqiyyah, yang disebu terakhir ini berbentuk naskah. Kata pengantar dari Asror menyebutkan bahwa itu hanya merupakan satu bagian dari risalah Hayy Ibn Yaqzhan fi Asror al-Hikmah al-Mashriqiyyah.
Kata Ibnu Thufail ini merupakan suatu kreasi yang unik dari pemikiran filsafatnya. Sebelumnya, judul ini telah diberikan oleh Ibn Sina kepada salah satu karya esoteriknya, tapi Ibnu Thufail berhasil menjadikan kisah ini menjadi kisah roman filosofis yang unik. Ketajaman filosofisnya yang menandai kebenaran kisah ini dan ia menjadikannya salah satu kisah yang paling asli dan paling indah pada abad pertengahan. Hal ini terbukti dengan banyaknya buku ini diterjemahkan kedalam bahasa ibrani, Latin, Inggris, Belanda, Prancis, Spanyol. Bahkan pada zaman modern pun minat terhadap karya Ibnu Thufail ini tetap ada.
Pemikiran Ibnu Thufail
1. Metafisika (ketuhanan)
Tuhan menurut Ibnu Thufail adalah pemberi wujud pada semua makhluk. Untuk membuktikan adanya Tuhan Ibnu Thufail mengemukakan tiga argument, yaitu:
Gerak ala mini menjadi bukti tentang adanya Allah, baik bagi orang yang menyakini alam baharu (hadist), berarti ala mini sebelumnya tidak ada, kemudian menjai ada. Oleh karena itu berarti ada penciptanya. Pencipta inilah yang menggerakkan alam dari tidak ada menjadi ada yang disebut dengan Allah. Tapi bagi orang yang menyakini alam kadim, alam ini tidak didahului oleh tidak ada dan selalu ada, gerak ala mini kadim, tidak berawal dan tidak berakhir, karena zaman tidak mendahuluinya (tidak didahului oleh diam) adanya gerak ini menunjukkan secara pasti adanya penggerak.
Argument ini, menurut Ibnu Thufail dapat membuktikan adanya Allah, baik yang menyakini alam kadim maupun hadistnya. Dalam hal ini Ibnu Thufail mengemukakan pokok pikirannya yang terkait antara satu dengan yang lainnya, yaitu:
1) Segala yang ada ini tersusun dari materi dan bentuk;
2) Setiap materi membutuhkan bentuk;
3) Bentuk tidak mungkin bereksistensi penggerak;
4) Segala yang ada (maujud) untuk berseksistensi membutuhkan pencipta.
Dengan argumen diatas dapat dibuktikan adanya Allah sebagai pencipta alam ini, Ia Maha Kuasa, bebas memilih serta tidak berawal dan tidak berakhir.
Pada argumen ini pernah dikemukakan oleh al-kindi dan Ibn Sina, bahwa segala yang ada di ala mini mempunyai tujuan tertentu dan merupakan inayah dari Allah.
Menurut Ibnu Thufail ala mini kadim dan juga baharu. Alam kadim karena Allah menciptakannya sejak azali, tanpa didahului oleh zaman (taqaddum zamany), dilihat dari esensinya alam adalah baharu karena terwujudnya alam (ma’lul) bergantung pada zat Allah (illat).
Pandangan menurut Ibnu Thufail ini merupakan kompromi antara pendapat Aristoteles yang menyatakan alam kadim dengan ajaran kaum ortodok Islam yang meyatakan alam baharu.
Menurut Ibnu Thufail jiwa manusia adalah makhluk yang tertinggi martabanya. Menusia terdiri dari dua unsur , yakni jasad dan ruh (al-Madad wa al-Ruh). Badan tersusun dari unsur-unsur, sedangkan jiwa tidak tersusun. Jiwa bukan jisim dan juga bukan sesuatu daya yang ada didalam jiwa. Setelah badan hancur (mengalami kematian) jiwa lepas dari badan, dan selanjutnya jiwa yang pernah mengenal Allah selama dalam jasad akan hidup dan kekal.
Menurut Ibnu Thufail jiwa terdiri dari tiga tingkat, yakni dari yang rendah jiwa tumbuhan (al-Nafs al-Hayawaniyyah), kemudian tingkat jiwa yang martabatnya lebih tinggi dari keduanya, yaitu jiwa manusia (al-Nafs al- natiqat).
Dalam epistimologi, Ibnu Thufail menjelaskan bahwa ma’rifat itu dimulai dari panca indra. Dengan pengamatan dan pengalaman dapat diperoleh pengetahuan indrawi, hal-hal yang bersifat metafisis dapat diketahui dengan akal dan intuisi. Menurutnya ma’rifat di lakukan dengan dua cara, yaitu:
a) Pemikiran/renungan akal, seperti yang dilakukan para
filsuf muslim;
b) Kasyf ruhani (tasawwuf), seperti yang biasa dilakukan oleh kamu sufi. Ma’rifat kasyf ruhani ini dapat diperoleh dengan latihan-latihan ruhani dengan penuh kesungguhan.
5. Rekonsiliasi (Tawfiq) antara filsafat dan agama.
Melalui roman filsafat hayy ibn Yaqzhan, Ibnu Thufail menekankan bahwa antara filsafat dan agama tidak bertentangan, dengan kata lain, akal tidak bertentangan dengan wahyu, tetapi juga dapat diketahui dengan akal. Dalam hal ini, Ibnu Thufail berusaha dengan penuh kesungguhan untuk merekonsiliasikan antara filsafat dan agama. Hayy dalam roman filsafatnya, ia lambangkan sebagai akal yang dapat berkomunikasi dengan Allah. Sedangkan absal, ia lambangkan sebagai wahyu (agama) dalam bentuk esoteris, yang membawa hakikat (kebenaran). Sementara salman, ia lambangkan sebagai wahyu (agama) dalam bentuk eksoteris. Kebenaran yang dikehendaki agama, karena sumbernya sama, yakni Allah SWT.
Kisah Hayy ibn Yaqzhan
Cerita Hayy ibn Yaqzhan terjadi di sebuah pulau di daerah khatulistiwa yang tidak dihuni oleh manusia. Disana Hayy ditemukan sendirian sebagai seorang bayi. Beberapa filsuf berpendapat bahwa dia lahir secara spontan ketika terjadi perbauran antar elemen telah mencapai sebuah keseimbangan yang tepat, membuat perbauran ini mungkin untuk menerima sebuah jiwa dari dunia ke-ilahian. Kalangan tradisional percaya bahwa dia adalah anak dari seorang wanita yang memilih untuk menyembunyian pernikahannya dengan kerabatnya, Yaqzan, dari saudara laki-lakinya yang memerintah sebuah pulau dan tidak menemukan pasangan yang tepat untuk saudara perempuannya. Setelah menyusui Hayy, dia meletakkannya ke dalam sebuah kotak dan membuangnya ke dalam air yang membawanya ke pulau yang tak berpenghuni.
Seekor kijang betina yang baru saja kehilangan anaknya mendengar tangisan Hayy. Dia menyusui Hayy, menjaganya dari hal-hal yang berbahaya dan merawatnya sampai dia mati ketika Hayy berusia 7 tahun. Hayy belajar meniru hewan-hewan dalam berbicara dan dia menutup tubuhnya dengan dedaunan setelah menyadari bahwa tubuh hewan-hewan tersebut tertutup dengan rambut atau bulu. Kematian si kijang mengubah kehidupan Hayy dari sebuah ketergantungan menjadi sebuah eksplorasi dan penemuan.
Dalam usaha untuk mengetahui alasan kematian kijang, sebuah alasan yang tak bisa dijelaskan hanya dengan mengamati penampilan fisiknya saja. Dia membelah si kijang dengan batu yang tajam dan buluh kering. Dia menyadari bahwa setiap organ tubuh mempunyai fungsi yang wajar dan terlihat di sebelah kiri lubang jantungnya kosong. Dia menyimpulkan bahwa sumber kehidupan pasti berada di lubang tersebut dan pasti telah ditinggalkannya. Dia merenungkan bagian penting tersebut yang berhubungan dengan tubuh, sumbernya, tempat dimana bagian penting tersebut telah pergi, cara kepergiannya, dan lain sebagainya. Dia menyadari bahwa bukan tubuhnya tapi entitas vital dari kijang dan sumber tindakannya. Dengan kesadaran tersebut dia kehilangan ketertarikan terhadap tubuh kijang yang kemudian ia lihat hanya sebagai sebuah alat. Selama dia belum dapat menguraikan entitas vital ini, dia menyelidiki bahwa bentuk semua kijang sama dengan bentuk ibunya. Dari sini dia berkesimpulan bahwa semua kijang telah diatur oleh sesuatu yang sama dengan entitas vital yang mengatur kematian ibunya.
Hayy mengungkapkan ketertarikannya untuk mengunjungi pulau seberang untuk menjelaskan pada penduduknya tentang kebenaran yang sejati. Absal, yang tahu kondisi pulaunya, enggan untuk menemaninya. Berhadapan dengan kelompok yang paling cerdas di pulau tersebut, Hayy menunjukkan rasa hormatnya sampai dia mencoba untuk melampaui makna harfiah dari Kitab suci mereka. Orang-orang mulai menjauhinya, mengalihkan perhatian mereka dari kabenaran dengan aktivitas perdagangan. Hayy kemudian mengerti bahwa orang-orang tidak mampu untuk memahami kebenaran sejati dan agama tersebut dibutuhkan untuk kestabilan sosial dan kemanan mereka. Kestabilan sosial dan keamana, akan tetapi, tak ada jalan keselamatan untuk mencapai kebahagiaan akhirat. Hanya obsesi ke-ilahian, yang langka dijumpai diantara orang-orang ini, yang dapat menyediakan jalan keselamatan kebahagiaan akhirat. Sebaliknya, obsesi keduniaan yang dianut oleh sebagian bersar orang-orang ini akan membiarkan diri mereka berakhir dalam kegelapan atau neraka.
Ibnu Tufail meninggal dunia pada tahun 1185 M di Maroko. Hingga kini, namanya tetap abadi lewat karya tulis yang dihasilkannya. Dunia Barat tetap menghormati dan mengaguminya sebagai seorang ilmuwan hebat. Sayangnya, justru peradaban Islam yang kerap melupakan jasa-jasa ilmuwan Muslim di era keemasannya. Peradaban Islam modern lebih takjub pada ilmuwan-ilmuwan Barat yang se jatinya belajar dari ilmuwan Muslim. Tak heran jika generasi muda Muslim lebih mengetahui ilmuwan Barat dibandingkan ilmuwan Islam. Sosok Ibnu Thufail sangat penting untuk dikaji dan di perkenalkan kepada generasi muda Islam. Sehingga mereka bisa bangga dan meniru jejak perjuangannya.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Zainal Hamdi, Tujuh Filsuf Muslim, Yoyakarta: Pustaka Pesantren, 2004.
Prof. Dr. H. Sirajjuddin, MA. Filsafat Islam Filosof dan Filsafatnya, Yogyakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, 2007.
M.M. Syarif, MA. “The Philosophers”, dari buku History of Muslim Philoshophy,
Bandung: Mizan, cet. I, 1985 Sumber http://www.zulfanafdhilla.com/
Selain sebagai media informasi pendidikan, kami juga berbagi artikel terkait bisnis.